Tuesday, July 7, 2009

BULAN DIGIGI AIR

Aku hampir pasti menghampiri saat tewas. Hampir pasti...

Detik waktu, berdetik perlahan..perlahan lagi perlahan..seakan pergerakan seekor semut. Kepasrahan ini. kegusaran ini...menjalar keseluruh rona tubuhku.

Dari jauh, seakan dengar dengan tidak. Ada lotaran suara. Seperti zikir. Seperti orang sedang mengaji. Seperti lagu sedang berdendang... Dikejauhan..kekadang sunyi mencengkam berselang dengan alunan suara manusia.

Aku tidak lagi berupaya bergerak. Kelopak mataku pun tidak bisa kubuka. Suara-suara yang masuk kegendang telingaku terasa sangat menyakitkan. seakan datang menghiris. Deru angin pun terdengar amat tidak enak...

Tidak faham. Tidak dapat mengecapi apa-apa dari lantunan suara yang menyakitkan itu. Kalau berhenti berbicara lagi elok. Tolong berhenti..Tolong jangan menyanyi disini. Jauh..jauh kamu semua...aku tidak suka...

aku ingin membuka bibirku, aku ingin mengucapkan kata hati ini. ..tolong menjauh semua..aku sedang sakit. Aku sedang tersiksa ini. Aku tidak sudi mendengar suara kamu..

Tetapi kudrat telah direnggut dari aliran darahku, dari aliran nafasku. Aku tidak berupaya lagi. Tiada kekuatan yang dapat membuka bibir ini, mata ini, nafas ini.

Tiba-tiba sunyi menerjang . Tiada suara, tiada deru, tiada derapan. Aku tidak mendengar apa-apa. Hening. Bening. Entah selama mana. Entah berapa detik.Entah...

Aku menunggu. Sekadar menyerah.Tidak perlu lagi berusaha membuka mata, tidak perlu lagi berbicara. Tidak perlu.. Sunyi ini mententeramkan. sunyi ini penawar kesakitan. Sunyi ini meredakan getaran didada.

Dihadapanku hitam pekat.

Aku tidak menginjak bumi. Terasa seperti sedang malayang...







menanti suatu saat..merelakan

menanti suatu saat..merelakan
menanti suatu saat..merelakan